Aku tak punya ingatan sesegar embun.
Aku hanya seorang pelupa.
Yang ingin mengingat namamu sekuat yang kubisa.
Kadang aku terlalu nekat menyusun kalimat rumit untukmu, lalu lupa.
Aku sering mencuri kesempatan untuk melihat bayangmu di sudut mataku, lalu berdebar.
Lalu ketika kau lewat begitu saja, aku sesak napas.
Apakah menurutmu aku gila?
Aku seorang pelupa. Aku sadar.
Tapi bolehkah tetap kujaga rasa hangat jemarimu?
Salahkah jika aku memenjara kenangan ini agar tidak kabur?
Kau diantara ribuan jantung yang berdetak, berhasil melucuti rasa rinduku yang membengkak.
Bisakah kuminta kau untuk tetap tinggal sampai kau mendengar suaraku?
Ya, ini tentang kalimat rumit itu.
Aku lupa, tapi hatiku ingat.
Jadi akan kuganti saja kalimatnya.
Kalau lupa lagi, akan kubuat yang baru untukmu.
Kalimat yang hanya untukmu.
Sumber
Aku hanya seorang pelupa.
Yang ingin mengingat namamu sekuat yang kubisa.
Kadang aku terlalu nekat menyusun kalimat rumit untukmu, lalu lupa.
Aku sering mencuri kesempatan untuk melihat bayangmu di sudut mataku, lalu berdebar.
Lalu ketika kau lewat begitu saja, aku sesak napas.
Apakah menurutmu aku gila?
Aku seorang pelupa. Aku sadar.
Tapi bolehkah tetap kujaga rasa hangat jemarimu?
Salahkah jika aku memenjara kenangan ini agar tidak kabur?
Kau diantara ribuan jantung yang berdetak, berhasil melucuti rasa rinduku yang membengkak.
Bisakah kuminta kau untuk tetap tinggal sampai kau mendengar suaraku?
Ya, ini tentang kalimat rumit itu.
Aku lupa, tapi hatiku ingat.
Jadi akan kuganti saja kalimatnya.
Kalau lupa lagi, akan kubuat yang baru untukmu.
Kalimat yang hanya untukmu.
Sumber